Entri Populer

Kamis, 12 Maret 2009

BERTEKUN DALAM DOA

"Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur." (Kolose 4:2)


Doa adalah kesempatan yang indah yang Tuhan berikan kepada kita untuk berkomunikasi dengan-Nya. Tuhan berbicara kepada kita melalui Firman-Nya di dalam Alkitab, dan kita berbicara kepada Tuhan melalui doa. Akan tetapi ada banyak orang yang berpikir bahwa kita harus memilih kata-kata kita dengan sangat baik sewaktu kita berdoa. Hal tersebut adalah seperti seakan-akan mereka sedang menyampaikan suatu pidato umum. Mereka hendak memastikan bahwa setiap orang akan menyukai apa yang mereka ucapkan. Adalah sangat menyedihkan sewaktu orang-orang memuji seseorang atas sebuah doa yang telah disampaikan. Hal itu menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak memahami maksud pemikirannya secara keseluruhan.

Doa adalah sebuah sikap dimana kita dapat di dalam cara kekanak-kanakan kita sendiri berbicara kepada Tuhan. Maksudnya ialah bahwa kita tidak perlu untuk menjadi seorang jurubicara yang ulung untuk melakukan doa. Kita tidak perlu untuk menjadi seseorang yang ahli berbicara. Kita tidak perlu untuk mampu menghasilkan suatu ungkapan yang sangat baik. Kita hanya hendak mengutarakan kepada Tuhan apa yang ada di dalam hati kita.

Seperti misalnya, sewaktu tiba pada saat makan, kita dapat secara sederhana berdoa kepada Tuhan di dalam nama Yesus, bersyukur kepada-Nya untuk makanan kita dan meminta Dia untuk memberkati-Nya. Dan itu adalah cukup jika kita benar-benar tulus. Tetapi bila kita secara sederhana memiliki kebiasaan rutin untuk mengatakan beberapa kata sebelum kita makan, hal tersebut tidak berarti apa-apa. Jika kita hanya menjalani suatu kegiatan yang rutin, hal itu tidak akan bernilai apa-apa.

Alkitab menyatakan di dalam kitab Mazmur pasal 51 bahwa Tuhan tidak akan memandang hina "hati yang patah dan remuk." Alkitab menyatakan bahwa Allah Roh Kudus sendiri akan mengambil doa-doa kita dan membawa mereka dengan sempurna kepada Tuhan. Kita mungkin sedang berada di dalam penderitaan yang begitu berat di mana hati kita terasa pecah. Kita mungkin dipenuhi rasa syukur dan pujian untuk Tuhan. Dan untuk satu hal, yang paling baik yang dapat kita lakukan adalah untuk berseru kepada Tuhan untuk meminta bantuan. Di dalam kasus yang lain, kita mungkin menyatakan pujian demi pujian yang terbaik untuk memberitahu Tuhan betapa maha besarnya Dia. Tetapi doa bukanlah suatu perkara tentang berapa banyak kita dapat mengutarakan atau betapa baik kita dapat mengutarakannya. Doa merupakan sebuah sikap dari hati.

Kristus sendiri telah memberi kita sebuah contoh tentang doa sebelum makan. Kitab Lukas pasal 24 menguraikan tentang dua orang murid yang sedang berjalan menuju suatu tempat yang bernama Emaus bersama dengan Yesus setelah Dia bangkit dari antara orang mati. Dan mereka berhenti untuk makan, dan setelah Yesus meminta berkat atas makanannya, mata mereka terbuka. Tuhan meminta kita untuk berdoa sebelum makan karena makanan merupakan suatu karunia dari Tuhan. Tetapi kita tidak perlu untuk fasih berbicara sewaktu kita berdoa. Kita dapat secara sederhana mengakui bahwa makanan kita merupakan suatu berkat dari Tuhan dan berterima kasih kepada-Nya untuk makanan tersebut.

Sewaktu kita berdoa kepada Tuhan sebelum makan, saat itu juga merupakan suatu saat yang baik untuk berterima kasih kepada-Nya untuk hal-hal yang lain. Kita dapat berterima kasih kepada-Nya bahwa hari itu telah merupakan sebuah hari yang baik. Kita dapat berdoa untuk bantuan-Nya sehubungan dengan sesuatu yang mengganggu perasaan kita. Kita dapat berdoa supaya Dia akan menguatkan kita untuk menjadi lebih taat dan setia.

Indahnya adalah kegiatan doa tersebut mengizinkan kita untuk memberitahukan isi hati kita kepada Tuhan walaupun Tuhan sebelumnya telah mengetahui "segala sesuatu" yang kita butuhkan. Dia mengetahui seluruh dari masalah-masalah kita lebih baik dari pada diri kita sendiri. Kita tidak dapat memberitahukan kepada Tuhan apa pun di dalam doa kita sesuatu yang belum Tuhan ketahui. Tetapi adalah menenteramkan untuk memiliki hak yang istimewa untuk dapat membawa perasaan-perasaan kita dan rasa syukur kita serta permohonan-permohonan kita kepada Tuhan. Kita dapat mengemis untuk meminta bantuan-Nya. Kita tidak perlu untuk menjadi terlalu khawatir tentang bagaimana untuk mengucapkan doa-doa kita. Tuhan telah sebelumnya mengetahui seluruh dari kebutuhan kita dan secara sederhana kita dapat berdoa kepada Dia dari lubuk hati kita.

Kitab 1 Yohanes 5:14 berbicata tentang doa demikian:

"Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya."


"With good will doing service, as to the Lord, and not to men" (Ephesians 6:7)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.




RAHAB

"Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai [Israel] itu dengan baik." (Ibrani 11:31)


Alkitab selalu menekankan bahwa Tuhan melihat kepada "hati" bukan kepada penampilan luar. Seseorang dapat tampil sangat suci tetapi seringkali mencemoh orang-orang lainnya yang ia anggap lebih rendah daripadanya. Disisi yang lain ada orang-orang yang dianggap rendah di dalam masyarakat tetapi di dalam hati mereka memiliki rasa hormat yang sangat tinggi dan rasa takut yang sangat besar terhadap Tuhan.

Oleh karena itu kita tidak dapat melihat penampilan luar sebagai ukuran atas keselamatan, akan tetapi kita juga tidak dapat melihat ke dalam hati seseorang, hanya Tuhan yang mengetahui apakah sesungguhnya yang ada di dalam hati seorang manusia. Kita mungkin dapat menipu orang lain bahkan menipu diri kita sendiri, tetapi kita tidak pernah bisa menipu Tuhan.

Dari kisah-kisah yang kita baca di dalam Alkitab adalah sangat mengherankan bahwa Tuhan menyelamatkan Rahab dan Maria Magdalena yang adalah para pelacur. Dan seorang perempuan yang tertangkap basah melakukan perzinahan dalam segala kemungkinannya ia diselamatkan oleh Yesus. Kitab Yohanes 8:10-11 menyatakan demikian:

"Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Dan Rahab yang tinggal di kota Yerikho yang terkutuk memiliki kesaksian yang sangat indah terhadap Tuhan seperti yang kita baca dalam kitab Yosua 2:11 demikian:

"Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah."

Anehnya kita menemukan nama Rahab yang sama di dalam silsilah nenek moyang Yesus dari pihak Yusuf (yang adalah "bapa tiri" Yesus) seperti yang kita baca dalam kitab Matius 1:5-6:

"Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria"

Disini kita menemukan dua perempuan yang bukan berasal dari bangsa Israel. Kita sudah mengetahui Rahab berasal dari kota Yerikho yang dihancurkan sama sekali oleh bangsa Israel dan Rut adalah seorang Moab yang dianggap najis oleh bangsa Israel. Lebih dari itu Salomo anak Daud, raja agung yang membangun Bait Allah, diperanakkan dari Batsyeba, isteri Uria! Bagaimana hal itu mungkin?

Ada satu perempuan lagi yang menarik perhatian kita dalam silsilah ini, yaitu Tamar. Siapakah Tamar? Kitab Matius 1:1-3 mencatat demikian:

"Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, .... [dstnya]"

Tamar sebenarnya adalah menantu Yehuda yang berzinah dengannya karena Yehuda tidak mau memberikan anaknya yang bungsu untuk menikah dengan Tamar.

Nah, mengapa bisa terjadi demikian? Bukankah nenek moyang Yesus seharusnya adalah orang-orang yang sangat suci dan tidak pernah berbuat salah? Akan tetapi mereka adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan-kesalahan, hanya Tuhan Yesus yang adalah Allah Manusia yang sama sekali sempurna dan tidak pernah berbuat salah. Bagaimanapun juga ada banyak orang yang akan mencemoh hal ini karena mereka tidak mengerti pelajaran apakah yang Tuhan sedang ajarkan kepada kita disini.

Sebelum diselamatkan kita adalah adalah para pelacur rohani yang banyak sekali melanggar hukum-hukum Tuhan. Setiap kali kita berbuat dosa kita sedang "berzinah" secara rohani karena sesungguhnya -- setiap manusia menikah dengan Hukum Tuhan.

Itulah sebabnya Hukum Taurat mengajarkan bahwa orang-orang yang melakukan perzinahan patut untuk dihukum rajam atau dilempari dengan batu sampai mati.

Akan tetapi setelah diselamatkan kita tidak lagi menikah dengan Hukum Tuhan, kita "bercerai mati" dengan Hukum Tuhan karena Ia telah mati di atas kayu salib. Dan kemudian orang-orang yang percaya menjadi pengantin rohani Kristus yang mampu membebaskan kita dari kutuk Hukum Taurat.

Itulah sebabnya Tuhan menekankan beberapa hal yang sangat penting tentang pernikahan dimana Tuhan juga tunduk kepada hukum yang dibuat-Nya sendiri.

Kitab Roma 7:1-4 menjelaskan kepada kita demikian:

"Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, --sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum-- bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup? Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain. Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah."


"For all flesh is as grass, and all the glory of man as the flower of grass. The grass withereth, and the flower thereof falleth away. But the word of the Lord endureth for ever. And this is the word which by the gospel is preached unto you." (1 Peter 1:24-25)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.


Tidak ada komentar: