Entri Populer

Rabu, 21 Januari 2009

SUKACITARata Tengah

"Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan
dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan
bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan
bertepuk tangan." (Yesaya 55:12)


Dalam pelajaran kali ini kita mau melihat pada ungkapan "sukacita"
seperti yang kita baca pada ayat di atas, nah apakah yang Allah sedang
bicarakan disini? Kita mengetahui bahwa Alkitab adalah Firman Allah.
Kita mengetahui bahwa Alkitab diberikan untuk suatu tujuan. Dan tujuan
yang paling penting dari semuanya tentu saja adalah supaya kita bisa
menjadi diselamatkan.

Dan jika pada akhirnya kita tidak menjadi diselamatkan maka Firman
Allah yang sama akan menghukum kita ke dalam kutukan yang kekal,
kematian kedua. Ini adalah seperti "pedang bermata dua", Firman Allah
dapat menghukum dan juga menyelamatkan.

Sekarang mungkin kita mempunyai segalanya di hidup kita yang sekarang
ini, kita mungkin adalah orang yang terkaya di desa kita. Kita mungkin
mempunyai lebih banyak harta daripada kebanyakan orang yang ada di
lingkungan kita. Tetapi jika kita tidak mendengarkan Firman Allah atau
Firman itu tidak berakibat apa-apa bagi kita, supaya kita mau berseru
kepada Allah untuk meminta belas kasihan, maka Firman Allah yang sama
itu akan mengutuk kita ke dalam hukuman yang kekal. Firman Allah itu
sangat serius. Itu adalah Firman dari Allah Yang Kekal, yang
menciptakan langit dan bumi. Itu tidak boleh dilihat secara ringan
atau sembari lalu.

Pada ayat di atas Allah sedang berbicara tentang dampak yang
mengherankan yang terjadi di dalam hidup kita ketika kita sudah
diberikan gizi rohani oleh Firman Allah, ketika itu sudah ditaburkan
dan bertumbuh di dalam hati kita dan sudah membuahkan hidup yang kekal.

"Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan
dengan damai"

Mengapa kita harus merasa bersukacita? Disini saya hidup dalam suatu
situasi yang sulit dimana saya tidak mempunyai kebebasan yang
seharusnya saya miliki. Saya hidup di suatu negara dimana saya tidak
mempunyai cukup banyak harta benda seperti yang dimiliki oleh
orang-orang di negara lain. Saya kekurangan ini dan kekurangan itu.
Apa yang bisa menjadi sukacita bagi saya? Adalah benar bahwa kita
mungkin tidak dapat bersukacita karena kita hidup dalam kekurangan.
Kita mungkin merasa sedih karena kita mungkin berada di bawah suatu
macam tekanan politik. Akan tetapi ada masalah lain, kesulitan besar
yang akan kita hadapi, yang jauh lebih buruk daripada masalah yang
kita hadapi secara sosial, ekonomi maupun politik. Dan masalahnya
adalah kita semua berada di bawah kutukan penghukuman dalam kekekalan
oleh karena dosa-dosa kita.

Ingatlah Alkitab berkata, "upah dosa ialah maut" (Roma 6:23). Dan
"maut" yang ada dalam pandangan Allah adalah kutukan penghukuman dalam
kekekalan. Jadi sesungguhnya setiap dari kita manusia dalam sifat
alaminya -- berada di bawah kutukan Allah oleh karena dosa-dosa kita.
Dan masalah ini sangat buruk. Kita bisa hidup di negara yang paling
makmur di seluruh dunia, kita bisa mempunyai segala macam kemudahan
yang bisa kita mimpikan untuk peroleh, akan tetapi jika pada akhirnya
kita tidak diselamatkan, kita masih ditundukkan pada kutukan
penghukuman dalam kekekalan tersebut.

Dan jadi, seharusnya ada suatu ketakutan, seharusnya ada dukacita atau
perkabungan yang sangat di dalam kehidupan kita, karena kita tahu kita
masih memiliki masalah yang besar dengan Allah Yang Maha Kuasa, suatu
masalah yang jauh lebih besar daripada masalah ekonomi apapun yang
kita miliki. Jika mangkuk nasi kita tidak sepenuh yang ingin kita
lihat, atau jika kita tidak mempunyai cukup ruangan di dalam rumah
tempat kita tinggal, dan harus hidup berdesak-desakan sehingga itu
kelihatannya begitu buruk, akan tetapi sebenarnya masalah itu bukanlah
apa-apa bila dibandingkan dengan masalah yang akan kita dapati ketika
kita tidak diselamatkan. Jika kita masih belum diselamatkan, jika kita
masih berada di bawah murka Allah oleh karena dosa-dosa kita, kita
berada dalam permasalahan yang sangat dalam dan besar. Dan jika kita
benar-benar memikirkannya, maka seharusnya tidak ada sukacita di dunia
ini sama sekali.

Tetapi umat manusia tidak mau mendengarkan kebenaran. Mereka tidak mau
mendengarkan Firman Allah. Mereka seperti burung unta, yang
menyembunyikan kepalanya di dalam pasir, sehingga dia tidak akan
melihat apa yang terjadi. Dan itulah caranya manusia hidup. Manusia
tidak mau mendengarkan kebenaran tentang diri mereka sendiri. Jadi
mereka bermain-main dengan diri mereka sendiri, mereka suka menipu
diri mereka sendiri kalau semua itu akan baik-baik saja, semuanya
nanti akan menjadi baik-baik saja.

Tetapi kenyataannya adalah, itu seluruhnya tidak akan menjadi
baik-baik saja seluruhnya. Tidak ada sukacita sama sekali yang bisa
ditemukan.

Disisi yang lain, setelah Firman Allah masuk dan tertanam ke dalam
hati kita, setelah kita mulai berseru kepada Allah untuk meminta belas
kasihan-Nya, setelah kita mulai percaya dengan sepenuh hati kepada
Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, Dia sebagai penanggung
dari upah dosa-dosa kita, setelah kita mengetahui bahwa kita sudah
menjadi anak-anak Allah, maka kita mengetahui bahwa kita tidak akan
dibuang ke dalam hukuman yang kekal. Kita tidak akan pernah lagi
berada di bawah kutukan Allah. Lebih dari itu, Allah sudah menjadi
"sahabat" kita (Yohanes 15:14), dan Allah sudah berjanji kepada kita
bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan atau membuang kita (Ibrani 13:5).

Allah akan pergi bersama kita kemanapun kita pergi tidak perduli
betapapun sulitnya masalah-masalah fisik yang kita hadapi, Ia tidak
akan pernah meninggalkan kita. Dan kita bisa berseru kepada-Nya dalam
doa, kita bisa berbicara dengan-Nya dalam hati kita, dan kita bisa
diberikan gizi rohani dari Firman-Nya. Dan sebetulnya sekarang kita
telah mempunyai sukacita yang nyata.

Kita bisa hidup di dalam penjara atau tempat kerja paksa. Atau kita
bisa berada dalam bencana kelaparan yang besar sehingga mangkuk nasi
kita hampir kosong setiap hari dan lambat laun kita akan mati karena
kekurangan gizi. Kita bisa sering dipukuli oleh orang-orang yang
membenci kita. Tetapi kenyataannya adalah, jika Kristus sudah menjadi
Juruselamat kita, di tengah-tengah penderitaan kita, apapun
penderitaan itu, kita bisa memiliki sukacita yang nyata, sukacita yang
sangat besar, karena kita mengetahui bahwa kita sudah benar-benar
menjadi anak-anak Allah. Kita tahu bahwa seluruh dosa-dosa kita sudah
diampuni. Kita tahu bahwa kita tidak akan lagi terancam oleh kutukan
dalam kekekalan. Kita tahu bahwa kita tidak lagi berbuat jahat ketika
kita telah menjadi benar di hadapan Allah. Itulah mengapa dikatakan:

"Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita"

Nah, berangkat kemana? Berangkat melakukan kegiatan kita sehari-hari.
Ketika kita bangun di pagi hari, kita akan berjumpa dengan janji yang
mengherankan itu, setiap pagi janji Allah selalu diperbaharui.

Dalam suatu cara kita mungkin masih menderita secara fisik, mungkin
kita sedang sekarat karena kita sakit-sakitan. Mungkin kita mempunyai
suatu macam penderitaaan yang begitu buruk, begitu buruknya bagi kita.
Tetapi kita tahu bahwa setiap pagi Allah bersama kita dan
berkat-berkat-Nya akan mengalir kepada kita karena kita adalah anak
yang dikasihi-Nya. Ini adalah berkat-berkat rohani. Kita akan
mempunyai berkat dari hidup taat di hadapan-Nya. Kita juga memiliki
berkat dengan mengetahui bahwa upah dosa-dosa kita sudah dibayar lunas
sepenuhnya. Kita mempunyai berkat dengan mengetahui bahwa kita bisa
berseru memanggil nama-Nya, bahwa kita bisa berdoa kepada Allah dan
berbicara kepada-Nya tentang apa saja, tentang segala hal. Kita akan
mempunyai berkat dari mendorong orang-orang yang lain untuk
mendengarkan Injil. Berkat-berkat ini akan mengalir dan mengalir jika
kita adalah anak-anak Allah. Jadi sebetulnya akan ada suatu sukacita
yang sangat besar bagi orang-orang yang percaya.


"... Fear God, and give glory to Him; for the hour of His judgment is
come ..." (Revelation 14:7)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.

Tidak ada komentar: