Entri Populer

Minggu, 18 Januari 2009

Manusia Harus Bekerja

Saya mau sedikit bertanya, apakah maksud dan tujuan manusia harus
bekerja? Memang pada awalnya Tuhan sendiri yang memberi perintah
kepada Adam dan Hawa pada waktu di taman Eden. Saya minta tolong
penjelasan, bagaimana sikap kita di dalam menghadapi pekerjaan kita,
walaupun itu sangat melelahkan / membuat kita jenuh.

Tks. GBU

----------------------------

Dear Beloved,

Ketika pertama kali diciptakan dunia ini sangat indah sekali dan
manusia, yang pada waktu itu adalah Adam dan Hawa, yang diciptakan
untuk hidup selama-lamanya bersama Tuhan tidak perlu bekerja untuk
mendapatkan makanannya, mereka boleh makan hampir apa saja yang mereka
mau hanya tinggal petik saja.

Tetapi karena begitu mudahnya keadaan hidup itu manusia mulai menjadi
congkak, manusia mau untuk menjadi seperti Tuhan dan merasa tidak
memerlukan Tuhan, jadi Tuhan perlu untuk memberikan manusia pengajaran
terlebih dahulu sebelum manusia dapat disadarkan tentang keadaan yang
sebenarnya.

Hanya setelah manusia berbuat dosa oleh karena "keinginan mata,
keinginan daging dan keangkuhan hidup" (1 Yohanes 2:16) maka Tuhan
mengutuk bumi ini sehingga manusia harus bekerja keras untuk
mendapatkan makanannya.

Kitab Kejadian 3:17-19 mencatat demikian:

"Lalu firman-Nya kepada manusia itu [yaitu Adam]: "Karena engkau
mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang
telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka
terkutuklah tanah karena engkau [yaitu terkutuklah tanah untuk
kebaikanmu]; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari
tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan
dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi
makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai
engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil;
sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Perhatikan bahwa Tuhan mengutuk bumi ini bukan karena Ia telah menjadi
sangat marah, Ia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
dan Tuhan mengutuk bumi ini untuk kebaikan kita sendiri supaya kita
menyadari keperluan kita akan bimbingan, pertolongan dan keperluan
kita akan Tuhan. Sebab bila manusia dibiarkan untuk mengambil jalannya
sendiri-sendiri maka dalam waktu singkat manusia akan menghancurkan
dirinya sendiri. Dan hal inilah tepatnya yang terjadi sebelum
peristiwa air bah di zaman Nuh.

Tujuan Tuhan menciptakan manusia adalah supaya manusia memuliakan
Tuhan Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan Bijaksana. Akan tetapi manusia
dalam keadaan alaminya (yaitu belum diselamatkan) tidak mau berbuat
demikian. Dalam akal logika kita berpikir bahwa kita harus bekerja
untuk diri kita sendiri terlebih dahulu, untuk kemuliaan kita terlebih
dahulu dan kemudian kalau ada sisanya barulah untuk Tuhan.

Akan tetapi sebagaimana manusia diciptakan dalam "gambar dan rupa
Tuhan" atau citra Tuhan (Kejadian 1:26-27), yaitu tidak seperti
binatang kita memiliki sifat-sifat ilahi yang baik, kita seharusnya
hidup sepenuhnya untuk menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. Tetapi
kenyataannya umat manusia memberontak dan hidup untuk kemuliaan
dirinya sendiri daripada untuk kemuliaan Tuhan. Manusia telah membuat
segalanya menjadi terbalik.

Disisi lain ketika kita sudah betul-betul diselamatkan, ketika kita
sudah menjadi anak-anak Allah dan menerima kebangkitan jiwa yang sama
sekali baru yang diberikan berdasarkan anugrah, kita tidak lagi
berdiri bersalah di hadapan Tuhan karena dosa-dosa kita. Kemudian ada
suatu perubahan yang besar dalam sikap kita terhadap hidup dan sikap
kita terhadap Tuhan, kita tidak lagi berada dalam keadaan berperang
(berseteru) dengan Allah, oleh karena Kristus kita telah berdamai
total dengan Allah dan itulah yang disebut sebagai "damai sejahtera"
yang sejati, yaitu perdamaian rohani antara manusia dengan Allah Sang
Pencipta (Efesus 2:14-15).

Dan sebenarnya sungguh berat sekali keadaannya ketika kita berperang
secara rohani dengan Yang Maha Kuasa, tidak ada kemungkinannya sama
sekali bahwa kita akan menang sedikitpun, jadi mengapa kita berpikir
bahwa kita lebih bijaksana daripada Dia yang mengetahui dan berkuasa
atas segala sesuatu.

Dengan demikian sesungguhnya kita harus mulai hidup dengan lebih dan
lebih lagi untuk puji-pujian dan kemuliaan-Nya karena Dia adalah
pencipta kita. Tuhan-lah yang seharusnya menerima segala pujian,
kemegahan, kemuliaan dan kehormatan untuk segala ciptaan dan segala
berkat yang diberikan kepada umat manusia termasuk berkat keselamatan
yang kekal.

Dan mengenai sikap kita untuk menghadapi pekerjaan yang mungkin sangat
berat atau menjenuhkan, kita dapat membaca kitab 1 Korintus 10:31 yang
berkata demikian:

"Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika
engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk
kemuliaan Allah."

Dan dalam kitab Filipi 4:6-8 Tuhan menasihatkan demikian:

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui
segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia,
semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap
didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu."

Ketika kita merenungkan masalah ini kita mengingat kepada Rasul Paulus
yang bekerja sangat keras sebagai pelayan Tuhan dan ia tidak mengeluh
malah bersukacita ketika ia menerima siksaan demi siksaan dari umat
Yahudi dan orang-orang yang tidak percaya. Betapa teladan yang sangat
baik yang ia berikan bagi umat Kristen.


"Therefore, my beloved brethren, be ye stedfast, unmoveable, always
abounding in the work of the Lord, forasmuch as ye know that your
labour is not in vain in the Lord." (1 Corinthians 15:58)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.






ANAK YANG TUA

"Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu
mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu,
mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan
ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi
meminta petunjuk kepada TUHAN. Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada
dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam
rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan
anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." Setelah genap
harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya.
Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah
berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. Sesudah itu keluarlah adiknya;
tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak
berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir." (Kejadian 25:21-26)


Bangsa Arab, Palestina dan bangsa-bangsa di sekitarnya, berasal dari
benih atau merupakan keturunan dari Ismael putra sulung Abraham dari
isteri yang kedua, Hagar. Dan Ismael bersama-sama dengan Esau, yakni
putra sulung Ishak yang menikah dengan Mahalat anak perempuan Ismael
(Kejadian 28:9), menjadi nenek moyang dari bangsa-bangsa Arab.

Jadi dua anak laki-laki sulung menjadi nenek moyang dari bangsa Arab
dan bangsa-bangsa di sekitarnya. Dan karena mereka adalah anak-anak
sulung, dan karena Allah telah menyatakan bahwa Ismael akan menjadi
bapak dari 12 bangsa, dan seterusnya, maka mereka percaya bahwa mereka
memiliki hak atas tanah yang Allah berikan kepada Abraham sebagai
milik pusaka untuk selama-lamanya.

Di sisi yang lain, Yakub juga dilahirkan dari Abraham melalui Ishak,
dan mereka juga telah menerima satu janji bahwa tanah Kanaan akan
menjadi milik mereka untuk selama-lamanya, meskipun Ishak dan Yakub
bukan merupakan anak-anak yang sulung. Jadi tampaknya seolah-olah ada
satu janji yang sama diberikan kepada dua garis keturunan. Di kemudian
hari garis keturunan Ishak dan Yakub menjadi bangsa Israel. Dan garis
keturunan Ismael dan Esau menjadi bangsa-bangsa Arab dan Palestina,
dan kedua garis keturunan ini mengajukan tuntutan atas wilayah itu.

Akan tetapi sebenarnya tanah Kanaan hanyalah merupakan suatu "lambang"
atau kiasan atau gambaran dari Kerajaan Allah, dan karena begitu
penting sifatnya sebagai suatu lambang, sehingga Israel mendudukinya
selama beberapa ratus tahun sebelum kedatangan Kristus, tetapi setelah
Kristus datang, wilayah itu tidak lagi mempunyai makna rohani apa-apa.
Namun saudara-saudara kita ini beranggapan bahwa janji-janji itu
berarti bahwa tanah itu adalah kepunyaan pusaka mereka dan menjadi
milik mereka untuk selama-lamanya, sehingga mereka bersedia bertempur
sampai mati untuk merebut tanah itu.

Pada zaman sekarang, Israel dan bangsa-bangsa Arab menjadi berita
utama dalam surat kabar hampir setiap hari. Nah, kita membaca
janji-janji ini, seperti misalnya dalam kitab Kejadian pasal 21, di
mana Allah sedang berbicara kepada Abraham mengenai Ismael, Dia
berfirman di ayat 13, 18-19 demikian:

"Tetapi keturunan dari hambamu itu [yaitu Ismael] juga akan Kubuat
menjadi suatu bangsa, karena ia pun anakmu .......... Bangunlah,
angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia
menjadi bangsa yang besar." Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia
melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian
diberinya anak itu minum."

Hal ini terjadi setelah Hagar diusir keluar dari rumah Abraham. Jadi
dalam pengertian tertentu, Ismael adalah anak sulung karena dia
dilahirkan sebelum Ishak dilahirkan oleh Sara isteri pertama Abraham.
Oleh karena itu, peristiwa kekerasan dan persaingan untuk
memperebutkan wilayah Kanaan terus terjadi sampai hari ini, dan itu
akan terus terjadi hingga Kristus datang kembali pada hari yang terakhir.

Dan negara-negara di dunia ini dengan kepentingan politiknya, seperti
Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara lainnya, melihat ada dua
bangsa yang terus-menerus bertikai dan berperang, dan mereka berpikir,
"Mengapa kita tidak mencoba untuk mengusahakan suatu perdamaian di
antara kedua bangsa. Hal ini kelihatannya bisa dilakukan". Akan tetapi
mereka tidak membaca Alkitab, jika mereka percaya kepada Alkitab,
mereka akan mengetahui bahwa hal itu tidak mungkin, sejak dari dalam
kandungan mereka telah bertolak-tolakan.

Ketika kita memeriksa Alkitab dengan berhati-hati, kita mengetahui
bahwa hal ini tidak mungkin, dan jika kita menoleh kembali ke masa 50
tahun yang terakhir ini, kita tidak melihat adanya peluang atau arah
yang menuju perdamaian yang panjang di antara mereka, pertikaian itu
berlangsung terus-menerus. Dan tentu saja, salah satu fokus utama dari
pertikaian itu adalah Gunung Moria, di mana Abraham naik ke sana untuk
mempersembahkan Ishak, anak laki-lakinya, dan lama kemudian, gunung
itu menjadi lokasi dari Bait Suci yang didirikan oleh Salomo, yaitu
Yerusalem.

Sebenarnya Bait Suci itu pernah dihancur pada tahun 70 Masehi oleh
seorang jendral romawi yang bernama Titus, dan beberapa ratus tahun
kemudian, umat Muslim membangun mesjid Omar di lokasi tersebut. Mesjid
itu disebut "Dome of the Rock", dan berdiri di atas tempat Bait Suci
itu berdiri, dan tempat itu dianggap sebagai tempat yang paling kudus
di seluruh wilayah Israel, tetapi tempat itu pada saat ini telah
dikuasai oleh orang-orang Muslim karena mereka telah mendirikan mesjid
besar mereka di sana.

Tentu saja, bangsa Israel tidak akan pernah merasa senang hingga pada
akhirnya nanti mereka dapat membangun sebuah bait di sana seperti bait
yang pernah didirikan oleh Salomo ataupun Herodes di tempat tersebut
pada masa sebelumnya. Tetapi untuk melakukan hal itu, mereka harus
terlebih dahulu menghancurkan mesjid Omar, namun itu akan menyebabkan
umat Muslim untuk menyerang mereka dari segala jurusan, sehingga
mereka tidak dapat melakukan hal itu, dan itu menjadi simbol dari
kemustahilan untuk membuat perdamaian di antara kedua bangsa tersebut.

Akan tetapi sesungguhnya di dalam Alkitab, Allah menggunakan "Yakub"
sebagai gambaran dari orang-orang percaya yang sejati, dan Ia
menggunakan "Esau" sebagai gambaran dari orang-orang yang tetap tidak
diselamatkan. Dan dalam kedua hal tersebut, secara rohani, tidak ada
bedanya jika anda adalah seorang Yahudi atau bukan. Jika anda tidak
diselamatkan, anda adalah seperti keturunan dari Esau. Jika anda
diselamatkan, anda adalah seperti keturunan dari Yakub, dari itu
hanyalah penekanannya secara rohani.

Kitab Roma 9:6-16 menjelaskan kepada kita demikian:

"Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang
yang berasal dari Israel adalah orang Israel, dan juga tidak semua
yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang
berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu." Artinya: bukan
anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak
perjanjian yang disebut keturunan yang benar. Sebab firman ini
mengandung janji: "Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara
akan mempunyai seorang anak laki-laki." Tetapi bukan hanya itu saja.
Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu
dari Ishak, bapa leluhur kita. Sebab waktu anak-anak itu belum
dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, --supaya
rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan
perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya-- dikatakan kepada Ribka:
"Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda [Matius 19:30],"
seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak
adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh
belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan
bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak
tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada
kemurahan hati Allah."

Sedang Tanah Kanaan secara rohani adalah lambang dari Kerajaan Allah,
yaitu "negeri yang berlimpah-limpah dengan susu dan madu". Akan tetapi
pada saat Kristus tergantung di atas kayu salib dan tirai yang ada di
depan ruang maha kudus terbelah dua, maka lambang itu tidak digunakan
lagi, dan tanah Kanaan tidak lagi digunakan oleh Allah sebagai suatu
lambang dari Kerajaan Allah. Hingga saat itu, Kanaan hanyalah
merupakan suatu lambang, bahwa itu adalah tanah suci, dan Yerusalem
adalah kota suci karena Bait Suci berada disana dimana Allah Yang Maha
Kudus (Suci) bersemayam di dalam ruang maha kudus. Tetapi begitu tirai
di ruang maha kudus itu terbelah dua, maka berakhirlah segala proses
untuk menjadikan Kanaan sebagai suatu lambang. Sekarang Kerajaan Allah
terdiri dari mereka-mereka yang menjadi orang-orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus.


"Ye also, as lively stones, are built up a spiritual house, an holy
priesthood, to offer up spiritual sacrifices, acceptable to God by
Jesus Christ" (1 Peter 2:5)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.






GAZA, YERUSALEM DAN ISRAEL


"Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya
akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan
BUKAN juga di Yerusalem .......... Tetapi saatnya akan datang dan
sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah
Bapa dalam Roh dan Kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. (Yohanes 4:21, 23)

Ada banyak sekali guru-guru, pengkhotbah-pengkhotbah dan
pengabar-pengabar Injil yang di sepanjang beberapa dasawarsa hingga
masa kini, sedang melihat pada setiap segi dari apa yang sedang
terjadi pada bangsa Israel di Timur Tengah dan segala sesuatunya,
percaya bahwa mereka dapat menemukan alasan bagi hal tersebut di dalam
Alkitab, dan bahwa ini sedang memberitahukan kita bahwa kita sedang
berada dekat pada akhirnya, dan bahwa hal-hal itu merupakan
tanda-tanda yang harus kita perhatikan dengan sangat berhati-hati.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada bangsa Israel hari ini
benar-benar tidak memiliki hubungan apapun sama sekali dengan saat
akhirnya, kecuali bahwa hal tersebut sedang membuktikan suatu nubuat
dari Alkitab bahwa Israel akan tetap tinggal di dalam
ketidak-percayaan mereka kepada Kristus sampai pada akhirnya.

Itu adalah satu hal yang dapat kita lihat di dalam bangsa Israel pada
hari sekarang ini, ketertarikan mereka di dalam Kristus sebagai Mesias
tidak lebih besar dari pada masa-masa sebelumnya, yaitu sebagai sebuah
bangsa, mereka tidak menginginkan Kristus sebagai Mesias mereka. Dan
Tuhan menyatakan bahwa ini akan merupakan kasusnya dengan mereka
sampai hari yang terakhir, sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa
yang lain telah masuk ke dalam Kerajaan Tuhan.

Dan ini adalah apa yang sedang kita saksikan. Ketika bangsa Israel
berselisih dengan bangsa-bangsa Arab, atau kenyataan apapun yang
sedang terjadi di Yerusalem, atau di daerah Gaza, atau tempat-tempat
lain manapun di Israel, itu tidak memiliki hubungan sama sekali dengan
nubuat-nubuat apapun dari Alkitab.

Nubuat-nubuat dari Alkitab sedang berbicara tentang Injil Tuhan Yesus
Kristus, bagaimana Injil tersebut dikabarkan, dan bagaimana keadaan
"rohani" di dalam dunia ini. Dan disitulah dimana kita dapat
memperoleh bantuan dan pengarahan kita yang utama tentang bagaimana
kita dapat memahami nubuat-nubuat Alkitab dengan benar.

Bangsa Israel yang dimaksud di dalam Alkitab sebagai umat Allah adalah
bangsa "Israel rohani", seperti yang ditulis di dalam ayat-ayat
berikut ini:

"Sebab yang disebut Yahudi [yaitu Israel] bukanlah orang yang lahiriah
Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan
secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak
nampak keyahudiannya [yaitu Yahudi di dalam hati] dan sunat [sejati]
ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harafiah. Maka
pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah." (
Roma 2:28-29)

"Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah
anak-anak Abraham [yaitu bangsa Israel]" (Galatia 3:7)

"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah
keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29)

"Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi
ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Dan semua orang, yang memberi
dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera
dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah." (Galatia 6:15-16)

Sama dengan hal ini Bait Allah yang dimaksud Alkitab yang kekal
selama-lamanya juga menunjuk kepada Bait rohani, yaitu "badan kumpulan
orang-orang yang percaya" (tubuh Kristus), ini bukan menunjuk kepada
Bait Allah yang ada di kota Yerusalem yang selalu diperebutkan itu.

Ayat-ayat berikut dalam Perjanjian Baru menjelaskan kepada kita demikian:

"Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga
hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19)

"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah
diam di dalam kamu?"
(1 Korintus 3:16)

"Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk
mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan
kepada Allah." (1 Petrus 2:5)

Setelah peristiwa robeknya tirai yang ada di depan ruang maha kudus
ketika Kristus mati di atas kayu salib, bangsa Israel yang ada di
Timur Tengah tidak lagi menjadi pengantin Allah dan kota Yerusalem
yang ada di Timur Tengah tidak lagi menjadi kota yang suci (kudus)
karena Allah tidak lagi bersemayam disana di dalam ruang maha kudus di
dalam Bait Suci. Setelah saat itu orang-orang yang percaya kepada
Kristus yang tersebar di negara-negara di seluruh dunia mereka-lah
yang menjadi pengantin rohani dari Anak Domba Allah (Wahyu 21).


"Heaven and earth shall pass away, but My words shall not pass away"
(Matthew 24:35)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.


Tidak ada komentar: