Entri Populer

Senin, 19 April 2010

Mujizat Itu Nyata April 16 at 11:32pm Reply
Yang Paling Penting Dalam Hidup

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu… Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…” (Mat. 22:37-40)


“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13)

Apa tujuan utama manusia hidup di bumi? Belajar mengasihi dan menjadikannya gaya hidup. Alkitab berkata bahwa semua akan berlalu tetapi hanya ada satu yang kekal, yaitu kasih. Tuhan tidak pernah berkata supaya kita mengasihi diri kita sebanyak mungkin, tetapi Dia berkata supaya kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Hukum dunia dan hukum Tuhan ternyata bertentangan. Fokus utama kita bukan pada diri sendiri, tetapi pada Tuhan dan pada sesama.

Mengapa kasih?
1. Hidup tanpa kasih itu tak bernilai. Jangan menganggap bahwa hubungan itu adalah suatu bagian dalam jadwal harian kita. Terkesan sepertinya hubungan itu hanya berupa bagian dari kehidupan ini sama seperti kegiatan lainnya. Pandanglah seperti ini: hidup itu tentang hubungan.

Yang paling berkenan bagi Tuhan adalah kasih kita padaNya dan juga pada sesama, “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannnya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4).

Gaya hidup sorga adalah kasih. Semuanya akan berlalu tetapi karakter ini yang akan kita bawa ke sorga, lagipula hidup akan menjadi kosong dan tak bermakna jika kita jalani tanpa kasih. Bukan apa yang kita lakukan, tetapi apa motivasi kita itu yang penting. Orang yang berhikmat menyadari betapa pentingnya kasih.

2. Kita dievaluasi berdasarkan kasih kita. Tuhan mengukur kedewasaan rohani seseorang berdasarkan kualitas hubungannnya dengan sesama. Di sorga nanti, Tuhan tidak akan bertanya tentang karir, uang yang kita miliki, prestasi yang kita ukir, hebatnya pelayanan yang kita lakukan. Dia akan meninjau bagaimana kita memperlakukan orang lain, khususnya mereka yang membutuhkan “…sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). Cara kita mengasihi Tuhan adalah dengan mengasihi dan peduli pada saudaraNya yang paling hina. Jangan sia-siakan hari ini tanpa kasih. Amin.



Mujizat Itu Nyata April 14 at 10:58pm Reply
Menabur

Sadar atau tidak sadar, dalam melakukan aktivitas keseharian ataupun saat sedang berdiam diri, kita selalu menabur entah itu menabur hal yang baik atau buruk. Tentunya kita akan menabur hal yang baik sehingga dalam hidup kita akan menuai yang baik pula. Namun tuaian dari setiap benih yang ditabur berbeda-beda. Hal apa yang membedakan banyaknya tuaian?

1.
Ladang tempat menabur benih, ladang yang subur atau bukan? Semakin subur ladangnya, maka semakin berlipat panen yang akan kita tuai. Jadi kita harus memperhatikan apakah tanah tempat kita menabur tanahnya berbatu, tanah yang keras, tanah tepi jalan atau tanah yang subur?
2.
Apakah kita merawat benih tersebut atau tidak? Benih yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Benih yang dirawat dengan baik, benihnya tidak akan kosong, tapi benih yang gemuk, berisi dan bertumbuh yang baik.
3.
Apakah kita menabur sesuai dengan musimnya? Sebagai penabur, kita harus mengerti waktu yang tepat untuk menabur jika tidak ingin apa yang kita tabur menjadi sia-sia.
4.
Apakah kita menjaganya dari pencuri? Bukan hanya menabur, tapi penabur juga akan selalu merawat hingga waktu panen tiba dan tidak membiarkannya terkena hama.
5.
Kapankah waktu memanen? "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya.." (Yakobus 5:7). Kurang sabar merupakan karakter manusia. Sebenarnya Allah yang mengontrol dan menentukan kapan saat untuk menuai tiba.

Ini artinya, jika hari-hari ini kita belum menuai maka kita harus belajar mengetahui kenapa taburan kita belum menghasilkan tuaian yang maksimal. Kitab Yesaya menulis bahwa kita harus bisa makan dari apa yang kita tabur. Jika kita ingin bertumbuh dewasa maka kita tidak boleh hanya memakan benih yang ditanam orang lain. Apa yang kita makan sekarang adalah apa yang kita tabur sebelumnya. Jika kita berhenti menabur maka kita akan berhenti menuai juga.

Yesaya 37:30 menuliskan, "Dan inilah yang akan menjadi tanda bagimu, hai Hizkia: Dalam tahun ini orang makan apa yang tumbuh sendiri, dan dalam tahun yang kedua, apa yang tumbuh dari tanaman yang pertama, tetapi dalam tahun yang ketiga, menaburlah kamu menuai, membuat kebun anggur dan memakan buahnya."

Marilah kita, tetap menabur dalam segala keadaan karena apa yang kita tabur tidak akan pernah sia-sia. Selain itu apa yang kita tabur itu juga yang kita tuai.

Selamat menabur kebaikan dalam segala hal!


HARI TUHAN

Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu [lihat Mat 24:36; Luk 12:46; Kis 1:7-8], karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan [yaitu Hari Penghakiman] datang seperti pencuri pada malam [Mat 24:43-44; 50; 25:13; Luk 12:39-40; 2 Pet 3:10; Wahyu 3:3; Wahyu 16:15]. Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman --maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin-- mereka pasti tidak akan luput [Yes 13:6-9; Yer 13:21; Hos 13:13; Luk 17:27-29; 21:34-35; 2 Tes 1:9].

TETAPI kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga Hari itu [yaitu Hari Tuhan atau Hari Kiamat] tiba-tiba mendatangi kamu seperti Pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak Terang dan anak-anak Siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam [Luk 21:34, 36; Kis 2:15; Rom 13:13; 1 Kor 15:34; Ef 5:14; Wahyu 9:15].

Tetapi kita, yang adalah orang-orang Siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan [Yes 59:17; Ef 6:14, 16-17]. Karena Allah tidak menetapkan kita [yaitu orang-orang pilihan] untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.

Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat [Tuhan, yaitu Alkitab]. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya [yaitu pre-destinasi -- Ibrani 12:2]. Saudara-saudara, doakanlah kami. Sampaikanlah salam kami kepada semua saudara dengan cium yang kudus. Demi nama Tuhan aku minta dengan sangat kepadamu, supaya surat ini dibacakan kepada semua saudara. Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!
(1 Tesalonika 5:1-28)


"Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib [Mat 24:24, 2 Tes 2], dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa. "Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang BERJAGA-JAGA dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya." Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon."
(Wahyu 16:14-16)


"Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau TIDAK berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu [1 Tes 5:4]." (Wahyu 3:3)


Mujizat Itu Nyata April 6 at 8:57pm Reply
Rahasia Kematian

Seorang pasien yang mengidap penyakit kanker sedang diperiksa oleh dokternya. Sebelum dia meninggalkan ruang dokter dia berkata kepada sang dokter: "Dok, sesungguhnya saya takut mati. Apakah dokter mengetahui rahasia kematian itu? Tolonglah ceritakan kepada saya apa dan bagaimana keadaan di alam baka itu."


"Saya tidak tahu," kata dokter itu dengan suara tenang.

"Dokter tidak tahu?" tanyanya sambil mengangkat bahunya. "Bukankah dokter seorang Kristen? Katanya orang Kristen itu tahu jelas apa yang ada di seberang sana," lanjutnya sambil tersenyum kaku.

Dokter itu sedang memegang pegangan pintu. Di balik pintu terdengar suara anjing yang merengek dan suara garukan kuku di daun pintu. Ketika sang dokter membuka pintu, seekor anjing yang lucu menubruk masuk dan langsung melompat ke pangkuan sang dokter. la tampak senang dan bergairah di pelukan dokter, tuannya, yang menyayanginya.

Mendapat ilham dari Tuhan, sang dokter memandang ke pasiennya dan berkata: "Apakah kau memperhatikan anjing saya? Dia belum pernah masuk ke ruang praktik ini. Dia tidak tahu apa dan bagaimana keadaan sebenarnya ruang praktik saya. Yang dia tahu adalah bahwa di dalamnya ada tuannya. Dan ketika pintu terbuka, dia langsung menabrak masuk tanpa ketakutan. Karena dia tahu ada tuannya yang menyayanginya. Itu saja sudah cukup baginya."

Sambil tersenyum mantap, dia lanjutkan, "Demikian pula dengan rahasia kematian. Saya hanya tahu sedikit saja tentang apa dan bagaimana keadaan alam baka di seberang sana. Yang pasti, saya tahu Tuan saya, Tuhan Yesus yang sudah bangkit dari kematian, akan menyambut saya dengan penuh sukacita. Karena Dia sungguh mengasihi aku."

Tuhan Yesus Kristus yang telah mengalahkan maut bukan saja menjanjikan pengampunan dosa bagi mereka yang percaya kepada-Nya; melainkan juga janji kebangkitan tubuh yang baru, yang mulia, yang rohani, yang sorgawi. Tubuh yang tidak akan sakit, rusak, atau binasa. Alkitab berkata, "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah" (1 Korintus 15:22,44).

Sesungguhnya, kebangkitan Kristus adalah dasar pengharapan yang kokoh dari kebangkitan kita kelak. Di dalam Kristus rahasia kematian sudah dibukakan. Sebab itu, janganlah takut terhadap kematian! Bila kematian belum datang menjemput, berarti masih ada kesempatan bagi Anda untuk terus dipakai Tuhan menjadi berkat bagi banyak orang lain.

Jangan coba mencari kematian, apalagi melakukan pembunuhan diri. Jangan! Namun bila waktu kematian itu sudah tiba, Anda tidak perlu takut, sebab Kristuslah yang akan menjemput Anda yang setia beriman kepada-Nya, kembali ke rumah Bapa di sorga. (Eddy Fances).

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yohanes 14:1-3). Amin.



Mujizat Itu Nyata April 3 at 10:55pm Reply
Yesus, Tebusan Bagi Banyak Orang

"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45)


Dalam Perjanjian Lama, domba dipakai sebagai sebagai korban penebusan dosa di atas mezbah. Domba itu harus disembelih, dialirkan darahnya, kemudian dipersembahkan di atas mezbah. Alkitab berkata: "Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22).

Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah darah domba yang dialirkan benar-benar dapat menyucikan dosa manusia? Alkitab menegaskan: "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa" (Ibrani 10:4). Oleh sebab itu, Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah yang dilambangkan dengan domba dan lembu dalam Perjanjian Lama harus datang untuk mengorbankan diriNya.

Seperti yang ditegaskan oleh Yohanes: "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya, dan ia berkata: "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29). Dalam Perjanjian Lama, setiap domba atau lembu yang dikorbankan tidak satupun yang sadar ataupun mengerti mengapa dia harus dikorbankan, oleh sebab itu belum pernah ada seekor domba atau lembu yang secara aktif menyerahkan dirinya untuk disembelih dan dikorbankan di atas mezbah, karena mereka hanya merupakan lambang belaka.

Tidak demikian halnya dengan Yesus, dengan sadar dan taat total kepada Bapa di Sorga, Dia rela mengorbankan diriNya untuk disalibkan. Dalam pergumulanNya di taman Getsemani, dengan tetesan keringat bercampur darah, "la maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Ku-kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39).

Di atas kayu salib, Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian, la menyerahkan nyawaNya". (Lukas 23:46) Kerelaan dan ketaatan-Nya di kayu salib itu dibuktikan setelah la berseru dengan suara nyaring terjadi mujizat yang luar biasa di mana tabir Bait Suci terbelah menjadi dua dari atas sampai bawah, sebagai lambang terbuka suatu jalan yang baru untuk masuk ke dalam ruang yang Maha Kudus berjumpa dengan Bapa melalui tubuh-Nya yang terbelah.

Saudara, dengan apakah kita membalas pengorbanan-Nya yang besar itu? Pada saat kita dengan leluasa masuk ke dalam ruang yang Maha Kudus berjumpa dengan Bapa di Sorga, adakah dengan ucapan syukur kita atas segala pengorbanan-Nya yang tiada taranya di atas kayu salib? Amin.



Mujizat Itu Nyata March 30 at 7:35pm Reply
Tuhan Tempat Kediamanku

Walaupun kita hidup dengan tubuh fisik kita, yang dibuat oleh materi dari alam, kita juga mempunyai tubuh rohani. Dari kedua segi ini, kita bertumbuh dan hidup dengan tergantung pada ‘pupuk' yang cukup atau tidak. Memberi makan untuk jiwa merupakan sesuatu yang menyebabkan jiwa tidak terpupuk dengan benar bila tidak dipelihara.

"Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat : mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air." (Yeremia 2:13)

Banyak dari kita berasumsi bahwa kita bisa minum dari kapan saja dari Tuhan lalu bekerja di pelayanan, berpartisipasi di misi, dan menikmati hidup berkeluarga. Kita mendirikan sendiri ‘tenda' kita, atau tempat bernaung kita di pekerjaan kita, rumah kita, atau pelayanan kita, percaya bila jiwa haus, kita dengan mudahnya pergi kepada sumber air dan meminum beberapa teguk. Lalu kita kembali ke tempat bernaung kita tadi (pekerjaan, kehidupan keluarga, atau pelayanan), hanya dengan beberapa teguk air dan kemudian berjuang. Dan terus berlanjut seperti itu.

Lebih dari itu, Tuhan ingin kehadiranNya sebagai tempat bernaung bersama-Nya. Dari itulah, kehadiran-Nya, kita bisa terlibat dengan pekerjaan kita, kehidupan keluarga, pelayanan, atau aktivitas lainnya. Ketika haus, kita bisa dipenuhi karena kita bernaung di dalam-Nya.

Di atas segalanya, hati-Nya menangis agar kita bisa bersama-Nya. Dia ingin berkomunikasi dengan kita, mencintai pertemuan. Dia memimpin kita dan menyediakan setiap keperluan kita, seperti yang Dia lakukan kepada orang Israel ketika mereka mengembara di padang gurun.

Mzm 91:1-2 "Orang yang duduk dalam lindungan Yang Maha Tinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada Tuhan : Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai" dan Mzm 91:9 "Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu"

Dalam kedua ayat di atas, disebutkan agar kita tinggal di dalam-Nya, bukan hanya berkunjung. Kata ‘tinggal' dalam bahasa Ibrani yaitu yashab, yang berarti tinggal, duduk, dan diam di sana.

Tetaplah berdoa, kata Paulus kepada gereja (1 Tes 5:17). Berdoa tanpa henti bukan hanya bagi mereka yang memang dalam pelayanan Tuhan. Hal ini berlaku bagi semua segi kehidupan tiap orang dengan berkesinambungan menghampiri hadirat-Nya. Betapa hebatnya hidup yang Dia buat mungkin untuk kita lalui dengan darah Penyelamat kita, Yesus Kristus.

Jika kita kurang yakin bagaimana cara hidup di dalam hadirat Tuhan, Tuhan akan mengajar kita apabila kita meminta kepada-Nya. Juga hal yang cukup membantu, bila kita rajin membaca Mazmur dalam Alkitab.

Ketika kita mencari kehidupan di dalam Tuhan kita, dan kita mau tinggal dengan-Nya, walaupun dunia ini mengganggu ketenangan kita, Tuhan akan melindungi kita dengan kehadiran-Nya yang luar biasa. Dia akan menjadi tempat perlindungan, gunung batu, dan benteng kita. "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu...".
Amin.







Tidak ada komentar: