Entri Populer

Selasa, 01 Desember 2009

TIGA MACAM KEMATIAN

"Ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan kepada Salomo, anaknya: "Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala Ketetapan, Perintah, Peraturan dan Ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju" (1 Raja-raja 2:1-3)


Ini adalah pesan-pesan terakhir dari raja Daud kepada anaknya Salomo sebagai pewaris kerajaannya. Dan mungkin tidak ada nasihat yang lebih baik lagi daripada nasihat seorang ayah kepada anaknya ketika ia akan meninggalkan dunia ini. Hal ini berbicara tentang "kematian secara fisik" -- yang merupakan bukti bahwa manusia benar-benar berdosa. Kita mengerti hal ini karena dalam kitab Kejadian 2:17 Tuhan berkata demikian:

"tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Nah, apakah Adam dan Hawa mati pada saat mereka makan buah dari pohon itu? Tidak, mereka tidak mati secara "fisik", tetapi pada saat mereka melakukan pelanggaran tersebut mereka mati secara rohani. Kitab Kejadian 5:5 menjelaskan bagaimana Adam telah hidup, disitu kita baca demikian:

"Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati."

Akan tetapi kitab Ayub 34:15 meningatkan kepada kita demikian:

"maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu."

Adalah sangat menarik bahwa di dalam kitab Kejadian 2:17 kata Ibrani untuk ungkapan "pastilah" dan ungkapan "mati" adalah kata yang identik. Jadi frasa kata ini secara harafiah berarti, "matilah engkau pasti mati". Disini Tuhan bukan hanya menekankan proses dan kepastian dari kematian secara fisik, tetapi Dia juga menunjuk kepada kematian rohani, yaitu "kematian kedua" di dalam kekekalan. Kitab Wahyu 20:14 menyatakan kepada kita demikian:

"Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api."

Dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dosa menyebabkan kematian rohani, seperti yang dinyatakan dalam kitab Yakobus 1:14-15 demikian:

"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."

Karena Adam dan Hawa merupakan simbol atau gambaran dari umat manusia, maka kutuk Tuhan akan kematian yang kekal juga berlaku untuk semua keturunan mereka, seperti yang dinyatakan dalam kitab Roma 5:12 demikian:

"Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [yaitu Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.... "

Dan lebih jauh, kitab Mazmur 51:5 menunjukkan kepada kita demikian:

"Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku."

Jadi walaupun manusia dilahirkan hidup secara fisik, tetapi sesungguhnya secara rohani ia adalah mati, seperti yang dinyatakan dalam kitab Kolose 2:13 demikian:

"Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita... "

Kemudian menunjuk kepada orang-orang percaya sejati sebagai "umat Yahudi rohani", kitab Roma 2:29 memberitahukan kepada kita suatu bentuk sunat yang diperlukan untuk bisa masuk ke dalam kerajaan Allah, disitu kita baca demikian:

"Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya [yaitu Yahudi di dalam hati] dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harafiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah."

Orang-orang yang tidak memiliki Juruselamat adalah mati secara rohani dari sejak mereka dilahirkan dan mereka akan tetap terus berada dalam keadaan itu untuk selama-lamanya. Oleh karen itu tidaklah mengherankan kalau ada pertanyaan yang diangkat dalam kitab Maleakhi 3:2 demikian:

"Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?"

Dan kitab Daniel 7:9-10 dan kitab Wahyu 20:12b dan 15 menekankan peristiwa menakutkan yang akan terjadi pada hari penghakiman yang sedang mendekat itu, disitu kita baca demikian:

"Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab......... Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.......... Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu."


"Let all those that seek thee rejoice and be glad in thee: and let such as love thy salvation say continually, Let God be magnified." (Psalm 70:4)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.



What Makes Me Happy?


Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak ingin bahagia. Setiap orang tua pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya di masa mendatang sehingga mereka berjuang dengan bekerja dan mendidik melalui aturan-aturan yang telah dibuat mereka. Begitu pun dalam kehidupan berumah tangga, seorang pria akan berusaha keras agar bisa membuat istrinya tersenyum dengan menjadi seorang suami yang baik dan bertanggung jawab.

Namun, dalam perjalanannya, terkadang semua itu tidak berjalan dengan apa yang diinginkan. Anak-anak menjadi begitu frustasi dengan aturan-aturan yang diberikan orang tuanya atau seorang istri menjadi marah ketika sang suami tidak menepati satu janjinya. Semua berubah oleh karena keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Kebahagian yang ada dalam pikiran kita menjadi prahara dalam kehidupan kita. Mengapa hal itu terjadi? Bukankah apa yang Anda kerjakan ini tujuannya adalah agar Anda dan orang-orang yang Anda kasihi bahagia?

Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, manusia mencari kebahagian menurut versi mereka. Berbagai cara dilakukan mulai dari yang positif sampai yang negatif. Semua itu demi kepuasan jiwa mereka yang haus dengan rasa senang. Namun, itu tidak cukup dan sangat terbatas. Kedatangan Yesus ke dunia ini adalah jawaban dari masalah yang dihadapi dunia.

Saat Yesus hadir ke dunia tidak terhitung berapa banyak sukacita yang Ia berikan bagi manusia. Mukjizat demi mukjizat, pengajaran demi pengajaran telah memberikan pengharapan baru bagi setiap orang yang ada di dunia ini. Bahkan, Kepergian-Nya ke Surga, kembali bersama dengan Allah juga merupakan sukacita karena Roh Kudus turun dan menyertai kehidupan anak-anakNya.

"Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7)

Roh Kudus masih bekerja saat ini. Dia masuk dan menyertai setiap orang yang membuka hati bagi-Nya. Kekuatan Dia berikan saat umat-Nya sedang menghadapi tantangan. Sukacita dicurahkan ketika anak-anakNya bersedih. Pekerjaan-Nya telah terbukti dari sejak zaman dahulu kala dan tidak ada yang mengecewakan ketika Roh-Nya itu ada di dalam mereka.

Bersyukurlah Anda sebagai anak-anak Allah karena sumber dari sukacita itu sekarang tinggal dalam hati Anda. Hanya di dalam Dia-lah, kehidupan Anda dan orang-orang di sekitar Anda bahagia. Amin



Tidak ada komentar: