Entri Populer

Jumat, 14 Agustus 2009

SABAT BERGANTI SABAT

"Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN. Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup." (Yesaya 66:23-24)


Bagian Alkitab ini sedang berbicara tentang "langit yang baru dan bumi yang baru", yaitu masa depan di dalam kekekalan yang akan datang. Dan di dalam ayat ini Tuhan menggunakan gaya bahasa dari hukum upacara Perjanjian Lama. Bulan berganti bulan menunjuk kepada hari raya bulan baru yaitu hari yang pertama dari setiap bulan yang menunjuk kepada kedatangan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Sabat berganti Sabat adalah hari dimana mereka tidak boleh melakukan pekerjaan apapun yang menunjuk kepada fakta bahwa "perhentian" atau "peristirahatan" kita itu seluruhnya ada di dalam karya Tuhan Yesus Kristus. Dia-lah yang akan melakukan seluruh karya keselamatan bagi kita.

Kitab Efesus 2:8-9 mengajarkan demikian:

"Sebab karena kasih karunia [anugrah] kamu diselamatkan oleh iman; itu [yaitu iman atau kepercayaan itu] bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

Kitab Filipi 3:9 menyatakan demikian:

"dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan."

Dan kitab 2 Timotius 1:9 menjelaskan hal yang sama demikian:

"Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri [yaitu anugrah], yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman"

Prinsip-prinsip ini akan terus diingat dalam kekekalan di masa depan. Kita akan selalu mengingat fakta bahwa keselamatan yang kita miliki itu seluruhnya terjadi karena pekerjaan yang dilakukan oleh Allah sendiri (Kristus), dan bukan terjadi karena pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan sendiri (yaitu hukum-hukum upacara).

Itulah sebabnya pada masa Perjanjian Lama bangsa Israel diperintahkan untuk tidak boleh melakukan pekerjaan jasmani apapun pada hari ke-tujuh Sabat sebagai "lambang" atau perumpamaan yang sangat penting bahwa sang Mesias, Tuhan Yesus Kristus, adalah tempat peristirahatan (perhentian) kita, Dia adalah hari-hari perayaan kita.

Kristus-lah yang memungkinkan keselamatan atau pengampunan itu dapat terjadi bagi kita. Disisi yang lain, Allah menunjukkan bahwa orang-orang yang akan berakhir di dalam kutukan kekal akan berada selama-lamanya di bawah murka Allah.

Dalam kitab Yesaya 28:12-17 Tuhan menyatakan demikian:

"Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian [yaitu Kristus], berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan. Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan. Sebab itu dengarlah firman TUHAN, hai orang-orang pencemooh, hai orang-orang yang memerintah rakyat yang ada di Yerusalem ini [yaitu Bait Allah]! Karena kamu telah berkata: "Kami telah mengikat perjanjian dengan maut, dan dengan dunia maut kami telah mengadakan persetujuan; biarpun cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan kena; sebab kami telah membuat bohong sebagai perlindungan kami, dan dalam dusta kami menyembunyikan diri," sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh [yaitu Kristus]: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah! Dan Aku akan membuat Keadilan [yaitu Kristus atau Firman Kristus] menjadi tali pengukur, dan Kebenaran [yaitu Kristus atau Firman Kristus] menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong, dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian."

Sekarang jika anda ingin untuk tetap melaksanakan pengudusan hari ke-tujuh Sabat (hari Sabtu) pada masa sekarang ini, maka anda juga harus melaksanakan perayaan bulan baru tepat seperti yang bangsa Israel lakukan dalam masa Perjanjian Lama. Akan tetapi dalam kitab Kolose 2:16-17 kita membaca demikian:

"Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat [semua ini adalah hukum-hukum upacara di dalam Perjanjian Lama termasuk hari ke-tujuh Sabat]; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus."

Ayat ini juga berbicara tentang perayaan bulan baru, hari ke-tujuh Sabat, hari-hari raya lainnya, dan hukum-hukum mengenai makanan dan minuman yang ada di dalam Perjanjian Lama. Apakah anda mau melaksanakan semua ini dengan konsisten?

Allah menyatakan bahwa hal-hal tersebut hanyalah "bayangan" atau "peringatan" atau "lambang" atau "perumpamaan" dari apa yang harus datang. Dan isi rohaninya bukan berada dalam bayangannya. Isi rohaninya adalah apa yang digambarkan oleh bayangan tersebut dan akan terus ada untuk selama-lamanya di dalam kekekalan. Jadi kita tidak lagi melaksanakan bayangannya.

Kalau anda mau konsisten, maka sebaiknya anda juga mempersembahkan kurban bakaran dan kurban darah, menguduskan tahun-tahun Sabat, dll. Maka anda akan menjadi konsisten, tetapi tentu saja, anda akan menyangkal kenyataan apa yang Allah perintahkan, bahwa hal-hal ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang.


GBU,
Setiawan

------------------------------------------



-----Original Message-----
From: hakekat hidup <hakekathidupku@yahoo.co.id>

Sent: Wed, Aug 12, 2009 3:11 am
Subject: Re: PENTINGNYA HARI SABAT DAN PENURUTAN

Dalam bahasa aslinya Yunani, Matius 28:1 seharusnya ditulis demikian:

"Setelah Sabat-Sabat [jamak] lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Sabat-Sabat [jamak] itu,............"

Ini adalah terjemahan yang benar sesuai dengan bahasa aslinya Yunani (Stephanos-1550):

"oye de sabbatwn [jamak] th epifwskoush eiV mian sabbatwn [jamak] hlqen maria h magdalhnh kai h allh maria qewrhsai ton tafon"

JAWABAN SAYA:

Itu tentang hari kebangkitan YESUS, bukan tentang pertemuan ibadah.
Kis. 2:24 Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena
tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.

Jadi, kebangkitan bukanlah pekerjaan YESUS, melainkan pekerjaan ALLAH. Nggak ada orang mati, sekalipun IA TUHAN, itu bisa bangkit sendiri.

Letak kebesaran dan kemuliaan YESUS itu bukan pada kebangkitanNYA, melainkan pada saat penyalibanNYA.

Teori begini ini bagi saya sudah termasuk kuno, sudah berkali-kali saya bahas.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Kitab Yohanes 5:18 menerangkan demikian:

"Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya [yaitu membunuh Yesus], bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat [ke-tujuh], tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah."

JAWABAN SAYA:

Nggak ada catatan tentang YESUS telah meniadakan hari SABAT, tetapi mendobrak ketidakpahaman Yahudi tentang Sabat. Menurut Yahudi, dihari Sabat nggak boleh melakukan pekerjaan apapun, nah, YESUS meluruskannya: Boleh berbuat baik pada hari Sabat.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx



--- Pada Sel, 11/8/09, setia21us@aol.com <setia21us@aol.com> menulis:


Dari: setia21us@aol.com <setia21us@aol.com>
Judul: Re: PENTINGNYA HARI SABAT DAN PENURUTAN
Kepada: hakekathidupku@yahoo.co.id, venny@seid.sharp-world.com
Tanggal: Selasa, 11 Agustus, 2009, 3:55 PM


YESUS MENIADAKAN SABAT HARI KE-TUJUH

Dalam membahas masalah Sabat kita harus ingat bahwa masa Perjanjian Baru dimulai "setelah" Kristus pergi ke kayu salib, bukan "sebelum" peristiwa kayu salib, oleh karena itu Sabat hari pertama (atau Minggu Sabat) sudah dimulai sejak tahun 33 Masehi ketika Kristus bangkit dari antara orang mati pada hari Minggu pagi. Hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan konsili-konsili yang ditetapkan oleh gereja-gereja atau penguasa-penguasa duniawi.

Dalam bahasa aslinya Yunani, Matius 28:1 seharusnya ditulis demikian:

"Setelah Sabat-Sabat [jamak] lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Sabat-Sabat [jamak] itu,............."

Ini adalah terjemahan yang benar sesuai dengan bahasa aslinya Yunani (Stephanos-1550):

"oye de sabbatwn [jamak] th epifwskoush eiV mian sabbatwn [jamak] hlqen maria h magdalhnh kai h allh maria qewrhsai ton tafon"

Dan kita juga akan menemukan kebenaran yang sama tentang hal ini dalam tiga Injil yang lain di ayat-ayat pembukaan dari Markus 16, Lukas 24, dan Yohanes 20 yang menandakan telah berakhirnya era hari ke-tujuh Sabat Perjanjian Lama (Sabtu) dan dimulainya era Sabat Perjanjian Baru (Minggu Sabat). Sebagai tambahan simaklah ayat-ayat berikut ini:

Kitab Yohanes 5:18 menerangkan demikian:

"Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya [yaitu membunuh Yesus], bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat [ke-tujuh], tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah."

Dalam suatu sidang bersama, berada dibawah inspirasi ilahi, para Rasul juga menyatakan hal yang sama bahwa hukum-hukum upacara Perjanjian Lama (terutama hari ke-tujuh Sabat) adalah "suatu kuk yang tidak dapat dipikul".

Dalam kitab Kisah Para Rasul 15:5-6 dan 10-11 kita menemukan pernyataan ini:

"Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa [yaitu menjalankan hari ke-tujuh Sabat, bulan baru, hari-hari raya, dsbnya].." Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu ........... Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia [anugrah] Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."

Lebih lanjut kita menemukan bahwa "sesudah" peristiwa kayu salib murid-murid mulai berkumpul pada hari yang pertama dari seminggu yaitu hari Minggu Sabat:

Yohanes 20:19 menyatakan demikian:

"Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu [yaitu hari Minggu] berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Kisah Para Rasul 20:7 mencatat demikian:

"Pada hari pertama dalam minggu itu [yaitu hari Minggu], ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam."

Dan kitab Ibrani 8:12-13 menjelaskan demikian:

"Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka [yaitu keselamatan atau pengampunan]." Oleh karena Ia berkata-kata tentang Perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai Perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

Dan dalam kitab Keluaran 16:26-27 Tuhan berfirman demikian:

"Enam hari lamanya kamu memungutnya [yaitu memungut roti manna yang melambangkan Yesus sang roti hidup], tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat [yaitu hari sabtu sabat]; maka roti itu tidak ada pada hari itu." Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya."

Maaf saya tidak akan pernah dapat meyakinkan anda tentang hal ini, akan tetapi percayalah kepada Firman Tuhan, Alkitab. Hanya Tuhan saja satu-satunya yang dapat membuka mata rohani anda dan memberikan anugrah keselamatan yang kekal berdasarkan karya dan kasih karunia-Nya.

GBU,
Setiawan



-----Original Message-----
From: hakekat hidup <hakekathidupku@yahoo.co.id>
Sent: Mon, Aug 10, 2009 7:41 am
Subject: Re: PENTINGNYA HARI SABAT DAN PENURUTAN

He..he...he........ di situ Paulus bukan sedang membahas masalah hari Sabat mingguan, sebab problem hari Minggu ketika itu masih belum muncul. Di zaman itu semua orang Kristen, baik Yahudi maupun non Yahudi tidak masalah dalam pemeliharaan Sabat. Mereka hanya mempertentangkan orang-orang Yahudi yang bermaksud mengenakan aturan-aturan Taurat terhadap orang-orang non Yahudi. Mereka menyuruh orang-orang itu disunat, tidak memakan makanan haram dan merayakan hari-hari besar Yahudi. Inilah yang ditentang habis oleh Paulus.

Ketika itu tidak ada seorangpun yang mengotak-atik perihal Sabat. Semuanya bisa menerima karena sudah sebagaimana biasanya begitu. Baca kembali donk yang lengkap ayat-ayatnya, jangan sepotong-sepotong. Masalah hari Minggu baru muncul tahun 325 melalui undang-undang hari minggu yang dibuat oleh Konstantine, dan dikuatkan melalui konsili Nicea..

Penekanan masalah hari Sabat, bisa anda dapatkan dari Ibrani pasal 3 dan 4, dengan intinya pada pasal 4:9. Baca donk.

Saya sendiri bukan kelahiran Advent. Baru tahun 1998 saya masuk Advent. Karena itu, kalau ayat-ayat seperti yang kamu ajukan ini bagi saya bukan hal yang asing. Hafal sekali, sekalipun nggak hafal kalimatnya. Sudah saya pelajari baik-baik semuanya. Bahkan ajaran Paulus keseluruhannya sudah masuk dalam jiwa saya. Nggak ada itu persetujuan Alkitab, baik yang terang-terangan maupun yang menyiratkan bahwa hari Sabat itu diubah ke minggu.

Teori saya gampang sekali untuk anda uji kebenarannya: kapan hari Sabat itu dibuat; disaat manusia masih suci atau setelah jatuh kedalam dosa? Jika masih suci saja sudah dikenakan ketentuan Sabat, betapa lagi ketika berdosa. Bisa merobohkan konsep ini? Saya tunggu! Jangan lari terbirit-birit.

Saya akan layani anda kalau datang membawa ayat. Kalau nggak, ya nggak. Sebab ini forumnya logika, bukan forumnya orang mendongeng. Forum kebenaran, bukan kengawuran.



Minta Dalam Iman, Harapkan Jawaban!!

Semua orang ingin apa yang menjadi kerinduan hati mereka dapat digenapi oleh Tuhan.

Inilah lima tahapan langkah untuk masuk dalam kehidupan doa yang berkuasa untuk mendatangkan jawaban

1. Bertahan : Jangan kehilangan harap. Terus memuji Tuhan untuk kebaikanNya (Yakobus 1:1-4)

Yakobus mendorong kita untuk "memandang itu semua dengan sukacita" ketika kita memasuki pencobaan yang menguji iman kita. Itu kedengarannya sulit. Namun kala kita bertahan atas semua pencobaan itu, memberi tekanan pada iman kita dan percaya bahwa Tuhan mempunyai kerinduan terbaik yang ada dalam hati kita, dalam diri kita akan muncul pengalaman ini : "sempurna dan utuh, tidak kekurangan suatu apapun". Seringkali Tuhan mengijinkan kita berjalan melalui tantangan kesulitan karena pengalaman itu membentuk kita untuk menerima jawaban yang Dia telah janjikan. Meski di tengah rasa sakit, jika kita terus bertekad dalam doa, berdiri diatas janjiNya dan percaya pada janji-janjiNya - kita akan melihat kebaikan Tuhan yang membawa kita ke tempat yang lebih baik.

Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. (Yakobus 1:1-4)

2. Berhenti kuatir : Mintalah hikmat Tuhan berkaitan dengan situasi anda (Yakobus 1:5)

Tuhan memberikan hikmat pada setiap orang yang meminta padaNya. Dia meminta itu dengan murah hati. Dia tidak keberatan kala kita meminta padaNya. Pada kenyataannya, Dia suka ketika kita datang padaNya dengan segala kebutuhan kita. Namun yang harus dipegang adalah, kita harus meminta hikmat untuk mendapat apa yng kita minta. Terlalu banyak dari kita punya alasan atas masalah kita dan kembali dengan solusi dari kita sendiri dan datang pada Tuhan hanya sebagai alternatif terakhir. Tuhan mengatakan dalam Yeremia 33:3 : "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui. Jika kita datang pada Tuhan segera setelah kita memasuki kesulitan, Dia berjanji akan memberikan pada kita pespektif Illahi atas situasi kita. Dia dapat menunjukkan pada kita jalan menanggapi pencobaan yang mungkin tidak pernah terjadi dalam kehidupan kita.

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya. (Yakobus 1:5)

3. Berurusan tanpa sangsi : datang pada Tuhan dalam iman - dan harapkan suatu jawaban (Yakobus 1:6-8)

Ketika anda meminta pertolongan Tuhan, ingat bahwa Dia dapat dipercaya. Ketika Yesus mengundang Petrus untuk berjalan bersamanya diatas air, Petrus dapat melakukannya - selama dia terus menatap pada Yesus, dan ketika dia berfokus pada sekeliling - melihat gelombang sekeliling dia dan air yang bergelora, dia menjadi goyah. Ketika anda meminta pertolongan pada Tuhan, fokuslah pada FirmanNya dan apa yang Dia katakan pada hati anda untuk anda percayai daripada membiarkan keyakinan anda dikuasai oleh keadaan.

Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Yakobus 1:6-8)

4. Ingatlah : Tuhan tidak dibatasi oleh keadaan (Yakobus 1:9-11)

Dengan standar dunia, melalui kekayaan seseorang akan memiliki paling banyak kesempatan karena mereka punya sumber daya untuk membuat mimpinya menjadi kenyataan. Mereka dapat memberikan yang terbaik yang dunia ini tawarkan dan dapat mengumpulkan kuasa dan pengaruh melalui kekayaan mereka. Namun kontras sekali, Tuhan tidak terkesan dengan kekayaan manusia, namun lebih pada kesediaan kita untuk percaya padaNya dan melalui ketaatan dalam apa yang Tuhan sudah katakan agar kita lakukan. Jika kita kaya dalam iman, tidak ada batasan untuk apa yang Tuhan dapat genapi melalui kehidupan kita.

Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi, dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput. Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap. (Yakobus 1:9-11)

5. Ketekunan : Terus arahkan mata pada Tuhan, dan berterimakasih atas kemenangan dariNya (Yakobus 1:12)

Melalui ketekunan dalam doa dalam setiap situasi pencobaan, memuji Tuhan dan percaya pada kebaikanNya, kita akan membangun karakter yang kita perlukan untuk menerima semua yang yang Tuhan sudah sediakan bagi kita tanpa merasa terbebani. Dan setiap situasi kita akan muncul dalam kemenangan adalah gambaran kecil dari kemenangan yang menanti semua orang percaya suatu hari kelak ketika kita menerima mahkota kehidupan yang Tuhan sudah janjikan bagi siapa saja yang mengasihi Dia.

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. (Yakobus 1:12) Amin!


YESUS MENIADAKAN SABAT HARI KE-TUJUH

Dalam membahas masalah Sabat kita harus ingat bahwa masa Perjanjian Baru dimulai "setelah" Kristus pergi ke kayu salib, bukan "sebelum" peristiwa kayu salib, oleh karena itu Sabat hari pertama (atau Minggu Sabat) sudah dimulai sejak tahun 33 Masehi ketika Kristus bangkit dari antara orang mati pada hari Minggu pagi. Hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan konsili-konsili yang ditetapkan oleh gereja-gereja atau penguasa-penguasa duniawi.

Dalam bahasa aslinya Yunani, Matius 28:1 seharusnya ditulis demikian:

"Setelah Sabat-Sabat [jamak] lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama Sabat-Sabat [jamak] itu,............"

Ini adalah terjemahan yang benar sesuai dengan bahasa aslinya Yunani (Stephanos-1550):

"oye de sabbatwn [jamak] th epifwskoush eiV mian sabbatwn [jamak] hlqen maria h magdalhnh kai h allh maria qewrhsai ton tafon"

Dan kita juga akan menemukan kebenaran yang sama tentang hal ini dalam tiga Injil yang lain di ayat-ayat pembukaan dari Markus 16, Lukas 24, dan Yohanes 20 yang menandakan telah berakhirnya era hari ke-tujuh Sabat Perjanjian Lama (Sabtu) dan dimulainya era Sabat Perjanjian Baru (Minggu Sabat). Sebagai tambahan simaklah ayat-ayat berikut ini:

Kitab Yohanes 5:18 menerangkan demikian:

"Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya [yaitu membunuh Yesus], bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat [ke-tujuh], tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah."

Dalam suatu sidang bersama, berada dibawah inspirasi ilahi, para Rasul juga menyatakan hal yang sama bahwa hukum-hukum upacara Perjanjian Lama (terutama hari ke-tujuh Sabat) adalah "suatu kuk yang tidak dapat dipikul".

Dalam kitab Kisah Para Rasul 15:5-6 dan 10-11 kita menemukan pernyataan ini:

"Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa [yaitu menjalankan hari ke-tujuh Sabat, bulan baru, hari-hari raya, dsbnya]." Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu ........... Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia [anugrah] Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga."

Lebih lanjut kita menemukan bahwa "sesudah" peristiwa kayu salib murid-murid mulai berkumpul pada hari yang pertama dari seminggu yaitu hari Minggu Sabat:

Yohanes 20:19 menyatakan demikian:

"Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu [yaitu hari Minggu] berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Kisah Para Rasul 20:7 mencatat demikian:

"Pada hari pertama dalam minggu itu [yaitu hari Minggu], ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam."

Dan kitab Ibrani 8:12-13 menjelaskan demikian:

"Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka [yaitu keselamatan atau pengampunan berdasarkan anugrah bukan berdasarkan pekerjaan]." Oleh karena Ia berkata-kata tentang Perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai Perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

Dan dalam kitab Keluaran 16:26-27 Tuhan berfirman demikian:

"Enam hari lamanya kamu memungutnya [yaitu memungut roti manna yang melambangkan Yesus sang roti hidup], tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat [yaitu hari sabtu sabat]; maka roti itu tidak ada pada hari itu." Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya."

Maaf saya tidak akan pernah dapat meyakinkan anda tentang hal ini, akan tetapi percayalah kepada Firman Tuhan, Alkitab. Hanya Tuhan saja satu-satunya yang dapat membuka mata rohani anda dan memberikan anugrah keselamatan yang kekal berdasarkan karya dan kasih karunia-Nya.

GBU,
Setiawan



SABAT HARI KE-TUJUH ADALAH SEBUAH PERINGATAN (bayangan)

"Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi, sedang ia tidak berpegang teguh kepada Kepala [yaitu Kristus], dari mana seluruh tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya. Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia [yang hanya setengahnya saja berasal dari Alkitab]. Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri [tidak melihat kepada Alkitab secara keseluruhan], seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi." (Kolose 2:16-23)


Hukum Tuhan adalah seluruh Alkitab. Beberapa orang mengajarkan bahwa untuk menyelamatkan kita Kristus telah melakukan seluruh pekerjaan-Nya, namun kita masih harus berbuat sesuatu supaya kita dapat menggenapi keselamatan kita. Mereka berkata bahwa kita harus mempunyai kepercayaan tertentu, atau kita harus mencapai sesuatu, atau kita harus menerima Kristus, atau berbuat sesuatu seperti dibaptis air untuk menggenapkan keselamatan kita. Ajaran tersebut adalah pelanggaran dari hukum ke-4 yang berkata bahwa kita harus "berhenti" dari segala pekerjaan atau usaha-usaha kita untuk menggenapkan keselamatan kita. Keselamatan yang sejati adalah seratus persen anugrah dari Tuhan (Efesus 2:8-9).

Hukum ke-4 adalah salah satu hukum upacara yang paling penting di dalam Alkitab, itulah sebabnya Tuhan menetapkannya sebagai salah satu perintah dalam ke-10 perintah. Tuhan menginginkan supaya kita selalu mengingatnya dan tidak melalaikannya. Alkitab banyak berbicara tentang hukum ke-4 untuk menunjukkan bahwa hari ke-tujuh sabat telah diberikan kepada kita sebagai "peringatan" atau "tanda" atau "bayangan" bahwa Tuhan-lah yang menguduskan kita.

Tuhan berkata di Keluaran 31:13 demikian:

"Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah PERINGATAN antara Aku dan kamu, turun temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan kamu."

Dan kitab Yehezkiel 20:12 berkata demikian:

"Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi PERINGATAN di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka."

Tuhan menciptakan dunia dalam waktu 6 hari dan beristirahat pada hari ke-7 untuk menunjukkan bahwa kita hendaknya juga ber-istirahat di dalam karya Kristus daripada berusaha untuk menggenapkan keselamatan kita melalui pekerjaan kita sendiri.

Dan Tuhan menunjukkan bahwa hukum-hukum upacara adalah "peringatan" atau "bayangan" daripada hal-hal yang akan datang (Kolose 2:16-17). Jika kita tetap berkeras untuk menjalankan hal-hal tersebut, seperti contohnya mengadakan kurban bakaran, kurban darah, dan merayakan bulan baru dan hari ke-7 sabat, maka kita berada dalam pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Itu seolah-olah kita berkata bahwa Tuhan Yesus belum pernah pergi ke kayu salib untuk menggenapi hal-hal tersebut jadi kita masih harus melakukannya sendiri.


Let the word of Christ dwell in you richly in all wisdom; teaching and admonishing one another in psalms and hymns and spiritual songs, singing with grace in your hearts to the Lord (Colossians 3:16)

May the grace of the Lord Jesus Christ be with your spirit.

Tidak ada komentar: